Sabtu, 13 November 2010

sepele tapi bermakna


THE WOMAN I MET ON THE WAY HOME

Finally, it’s time to go home. Seneng banget rasanya akhirnya bisa bertemu sanak saudara di kampung halaman setelah berbulan-bulan tak bersua (lebay,,,,,,!!! Padahal Cuma 2 bulan). Ehem, biarin!!! Beginilah salah satu figur anak yang sayang keluarga (tambah lebay...!!!). well, harap maklum emang kaya gini orang yang biasa pulang kampung (untuk selanjutnya disingkat “pulkam”, hehehe udah taw!!) paling lama sebulan sekali, tiba-tiba masa pulkamnya diperpanjang 100%.

Hmmm...sebelum pulkam nggak ketinggalan dunk ritual packing-packingnya, apalagi 2 bulan nggak pulkam, harus bawa oleh-oleh nih alo emang ngakunya sayang keluarga, jangan hanya bawa pulang pakaian kotor yang nggak sempet dicuci, hehehehe. Hmmm,,,rasanya suasana rumah sudah tergambar jelas di depan mata, gimana kabarnya bapak? Ibuk? Lil’ sist tambah nakal nggak ya?? Kira-kira pulang disambut masakan apa,,,hmmm aromanya udah tercium sampai sini,,,brrrt,,,brrrt,,,ups,,getar HP membuyarkan imajinasi panjangku, rupanya dari salah satu rombongan kloter pertama menuju tanah tumpah darah yang menyatakan bahwa dia udah ready to go. Baiklah, segera aku komando rombongan yang aku bawa untuk segera mencegat angkot menuju stasiun. Eits,,,katanya kloter?? Kok ke stasiun,,,hehe, Cuma pinjem istilah aja kok,,,emang biasanya naik kereta di stasiun. Maklumlah, anak kampus, bukan ayam kampus jadi ya nggak pegang banyak duit, yang ada ya cuma sisa yang cukup buat pulkam, itupun nggak bisa buat pilih-pilih akomodasi menuju kampung halaman.

Tidak lupa adat, sesampainya di stasiun langsung nyerbu dengan teratur (antri) loket pembayaran tiket, selanjutnya tinggal tunggu “jemputan” datang, hehehe. Katanya mbaknya yang nunggu di pintu masuk yang tugasnya ngecek tiket, keretanya agak nelat,,tak apalah untung bawa rombongan jadi suasananya nggak garing. Berdasarkan prediksi (prediksi dilakukan dengan melihat jumlah orang yang lagi di dalam stasiun) keretanya ini nanti bakal dijejali ribuan manusia, yang ketika udah masuk ke dalam kereta udah nggak berwujud manusia lagi, tetapi kue lapis,nggak bisa dipisah, hehehehe. Hmmm.,,nggak beberapa lama dari kejauhan “si ular beton” udah menampakkan wujudnya, waktunya ambil ancang-ancang start nih...

Setelah perjuangan yang cukup panjang dan sia-sia karena tetap saja tidak mendapatkan tempat duduk, akhirnya aku dan rombongan bisa masuk kedalam kereta dengan selamat. Dua bulan nggak merasakan sensasi naik kereta, benar-benar membuatku harus beradaptasi ulang. Tapi sudahlah, inget kata pepatah orang sabar disayang Allah, dan benar kesabaran itu akhirnya berbuah tempat duduk nyaman, hmmm,,,,kalo udah duduk gini, nyamannya tiada duanya, menikmati pemandangan sambil bersandar di kursi dan lebih leluasa guyon-guyon bareng rombongan dan yang nggak ketinggalan jadi lapar mata dan nyambung ke perut lihat pedagang asongan yang menjual camilan-camilan, yummy deh pokoknya, pengeeeeeeeen,,ehem tapi tenggorokan kok seret ya,,ehm beli air ajalah ntar, nunggu bapaknya lewat, hmmm akhirnya datang, beli segelas aja. Selain pedagang asongan yang jualan camilan dan air, ada juga yang jualan beraneka produk deh pokoknya mulai dari rumah tangga hingga kebutuhan sekolah, nih kereta udah kaya “pasar bebas” aja. Nggak ketinggalan “pekerja seni” yang ikut menambah pernak-pernik kereta, ada lagi tuh kira-kira siapa dan apa profesinya ya? Orangnya pake baju yang agak lusuh, dan kayanya bawa karung besar gitu,,sambil menyedot minumanku, ku perhatikan gerak-geriknya, kayanya orang itu mungut sesuatu deh, penglihatanku kurang jelas,,,sibuk mengamati dan bercanda bareng rombongan nggak terasa, kalo sekarang aku lagi nyedot udara, pantes bunyinya nggak asyik banget, kaya bunyi orang lagi buang ingus (ups, amiiiiit...!). biasanya sih nih gelas plastik  kulempar keluar jendela, tapi kayanya dari tempat aku duduk, tanganku nggak sampai ke jendela, lagian sekarang keretanya lagi lewat jalur yang disampingnya pemukiman warga, nggak enak buang sampah sembarangan, ingat kata hadis “kebersihan adalah sebagian daripada iman” ya sudah deh ditaruh dimeja kecil aja,,,(titip..!).
“permisi mbak...”
Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang menegurku,,caranya menegur sopan banget, kayanya ini salah satu ibuk yang aku amati tadi, tuh aku masih hapal sama karungnya,,
“itu, gelasnya sudah nggak di pake?” Tanya Ibu tersebut sambil menunjuk kepada gelas plastic minumanku tadi.
“oh, ini ya bu?? nggak bu..”
“boleh, saya bawa mbak?” pinta ibu itu kepadaku.
“Oh, iya ibu silahkan....” kataku sambil mengambilkan gelas bekas minumku tadi kepada si ibu.
“terima kasih ya mbak...”
“iyaa ibuk..”
Ibu tadi pun beranjak dari tempatku, dan melanjutkan kegiatannya, yang seolah-olah sedang mencari sesuatu. Perhatianku tidak bisa lepas dari Ibu tadi, sehingga aku terus memperhatikannya, sampai Ibu tadi berlalu menuju ke gerbong kereta yang lain. Ketika ibu itu telah berlalu, aku jadi memikirkan si ibu tadi, begitu sopannya beliau meminta gelas bekas yang aku minum tadi, perasaanku jadi berkecamuk,,ternyata sesuatu yang kita anggap “sampah” bisa menjadi “emas” buat Ibu tadi, betapa orang seperti Ibu tadi berjuang keras untuk mendapatkan “emas” itu, aku jadi berkaca kepada diriku sendiri, diriku yang selalu merasa bahwa yang aku punya selama ini  kebanyakan “sampah” sehingga entah terbang kemana rasa syukur itu,,astagfirullah...!! thank’s ibuk, it’s nice to meet you, anda benar-benar membuatku belajar bahwa sudah seharusnya aku merasa bersyukur dengan apa yang aku punya, tidak menganggap remeh apa yang telah dianugerahkan kepada Allah untuk ku,,,aku doakan semoga ibu diangkat derajatnya oleh Allah SWT, amieenn...
Kereta terus melaju kencang,,,,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar