Minggu, 21 November 2010

BANGGA DI JAJAH….


It’s weekend, biasanya weekend gini aq en temen2 agak terbebas dari tugas2,,biasanya ne waktu seperti ini kami habiskan buat ngegosip maklum dari 6 orang yang ada, 5 diantaranya perempuan semua bok!! Cuma seekor cowoknya. Entah sedang ngegosip apa tiba2 perbincangan kami mengarah pada penjajahan jaman dahulu kala, pemberontakan G 30 S PKI, pergerakan pahlawan, dsb, dll, dst. Oh, iya aq ingat, awalnya qt membicarakan tentang nasib pahlawan devisa yang saat ini nasibnya sangat memprihatinkan, dan mungkin fenomena pahlawan devisa ini adalah fenomena gunung es, dimana yang tidak terlihat justru lebih banyak daripada yang terlihat. Hmmm… tidak biasanya kami membicarakan masalah2 semacam itu, yang membuat aq sangat tertarik tu tentang pembicaraan mengenai penjajahan. Tiba-tiba salah satu teman menyampaikan keprihatinnya setelah dia mendapatkan informasi dari sebuah polling yang mengatakan bahwa Indonesia termasuk tiga terbanyak pemasok tenaga kerja ke luar negeri . Padahal kalo tidak salah aq pernah membaca sebuah artikel bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya yang luput dari perhatian, sungguh ironis!!
          Kami semua setuju jika Indonesia dikatakan Negara terkaya, tetapi temanqw mengatakan bahwa mungkin yang membuat Indonesia menjadi Negara yang kesejahteraannya bisa dikatakan memprihatinkan adalah karena SDM yang dimiliki sangat kurang, makanya itu Negara kita hanya bisa mengekspor “budak”, begitu katanya. Eh, belum selesai dia berpendapat dia menambahkan bahwa hal ini juga disebabkan karena kita 3,5 abad di jajah oleh Negara Belanda, coba udah berapa generasi itu. Katanya Belanda itu memang sudah mematri dalam pikiran kita bahwa kita adalah orang bodoh, yang bisanya hanya disuruh-suruh,liat saja bagaimana mereka menyengsarakan rakyat Indonesia jaman dahulu, dipaksa untuk bekerja membangun ini lah, itu lah. Coba kalo dulu kita di jajah Inggris, kita pasti lebih pinter, liat tuh Negara-negara bekas jajahan Inggris. hihihi lucu juga dijajah ko milih-milih, kalo boleh milih ya milih untuk tidak di jajah J
          Tapi masa-masa penjajahan kan sudah lama lewat, berkat perjuangan para pahlawan-pahlawan kita,,,tetapi kalo boleh diperhatikan lagi sering kita dengar ungkapan “sudahkah kita merdeka?” di saat sekarang ini yang notabene Negara kita memang sudah merdeka. Nah kembali lagi ke masa penjajahan, temenqw itu bilang, bahwa bentuk persepsi-persepsi yang diberikan oleh penjajah dahulu itu diwariskan oleh para leluhur kita, terus ke ortu kita, dan sampailah pada kita J. Aku pun langsung nyeletuk “apa jangan-jangan punya cita-cita ingin jadi PNS (pegawai) juga termasuk salah satu ciri kita menikmati di jajah ya?” hehehe, beberapa teman ada yang kaget, ada yang nyengir dengan pertanyaan isengku itu. Lah gimana coba, aku tiba-tiba teringat dengan beberapa teman-temanku yang mempunyai cita-cita menjadi pegawai dengan alasan “cari aman” maksudnya jadi pegawai itu dirasa enak, tinggal ikut tes, kalo masuk punya pekerjaan tetap, dengan gaji tetap entah seperti apa kinerja kita, jelas kan kalo jadi pegawai itu kita mengabdi pada instansi, bukan pekerjaan mandiri. Eits, jangan langsung sinis dulu, pernyataan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan suatu pekerjaan tertentu, ada kok yang punya cita-cita jadi guru karena memang murni ingin mencerdaskan anak bangsa, ada yang pengen jadi dokter karena ingin menolong orang-orang yang sakit, dan ada yang terobsesi pada kursi dewan karena memang benar-benar ingin “menyelamatkan” rakyat, itu bagus!!! J. Sekali lagi pertanyaanqw itu muncul karena aq teringat dengan beberapa temanqw yang mencari pekerjaan “aman”. Nah, pernyataanqw itu di benarkan lagi sama temanqw, soalnya dia juga dapat petuah dari ortunya untuk menjadi guru, biar jadi PNS, terus dapat sertifikasi, dapat uang banyak deh J…hahaha kalo dipikir-pikir, cita-cita temenqw itu juga udah “dijajah” ma ortunya ;-) dan ada temen juga yang bercerita gara2 belum merdeka secara finansial maka dia ngikut saja untuk kuliah dengan jurusan yang sudah dipilihkan oleh orang tua, padahal ada jurusan yang sangat ingin dia masuki. Hehehe,,,kami pun tersenyum mendengarkan cerita masing2,,,
          Perbincangan kami pada weekend yang lalu memang ngelantur kemana-mana, tapi aq yakin kami semua pasti mendapatkan “sesuatu” dari sana, entah hanya sekedar sebagai refreshing pikiran atau wacana untuk intropeksi diri menjadi yang lebih baik. FIGHTING!!! p(^_^)q

Senin, 15 November 2010

KEBUTUHAN DIRI


NUTRISI
Itu adalah hal yang sangat diperlukan dalam hidup kita. Tapi tahukah saudaraku, bahwa bukan tubuh kita saja yang membutuhkan nutrisi, tetapi sisi ruhiyah dan akal kita juga sangat membutuhkan “nutrisi”. Manusia terdiri dari tiga komponen yaitu jasad (tubuh), ruhiyah, dan akal. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang dimana apabila terpenuhi “nutrisi” di antaranya ketiganya akan menjadikan seseorang pribadi yang baik.
Namun tidak banyak dari kita yang menyadari akan pentingnya “nutrisi” bagi dua komponen selain jasad (tubuh), tidak sadar bahwa kondisi ruhiyah dan akal sedang dalam keadaan “kelaparan”. Berbeda dengan tubuh yang didalamnya terdapat indera-indera sensitif yang mudah menangkap gejala yang timbul dalam diri kita, sehingga rasa lapar tubuh akan sangat mudah  terasa dan segera menyadarkan kita bahwa tubuh sedang membutuhkan suplai nutrisi. Apa yang sebenarnya menjadi “nutrisi” bagi ruhiyah dan akal kita?? Tentu saja nutrisi bagi ruhiyah kita adalah iman, ketakwaan, serta ibadah kita terhadap Sang Pemilik Jiwa Allah SWT. Sedangkan nutrisi untuk akal adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Ketidaksadaran kita akan laparnya sisi ruhiyah dan akal kita, menyebabkan kebutuhan komponen tersebut terabaikan, tidak terpenuhi dengan baik dan secara tidak sadar kita suplai dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Ibarat tubuh yang diberikan sumber nutrisi (makanan) yang tidak bergizi maka akan meyebabkan tubuh rapuh dan rentan terhadap berbagai macam penyakit. Begitu pula, dengan ruhiyah dan akal yang apabila tidak kita berikan sumber nutrisi yang bergizi makan akan “sakit”. Sakitnya rukhiyah adalah ketika kita terlalu terlena dengan kemaksiatan, dan sakitnya akal salah satunya adalah kebodohan.
Ruhiyah yang diberi “nutrisi” dengan baik dan akal yang berisi dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan menggerakkan jasad (tubuh) untuk senantiasa bertindak ke arah yang positif.

Minggu, 14 November 2010

KEKAYAAN SEJATI.

Kaya?? Apa yang terlintas dalam benak kita saat mendengar kata itu?? Ingin seperti itu?? Semua orang pasti!!! Lalu apa yang menjadi tolok ukur tingkat “kekayaan” itu?? Beberapa dari kita pasti akan menjawab HARTA. Lalu harus berapa banyak harta yang tertimbun untuk menggolongkan diri menjadi kaum the have??  Relatif, yups mungkin memang relatif, sebab ada beberapa orang dengan apa yang dia miliki sudah menganggap dirinya cukup kaya, namun orang lain yang memandangnya tidak demikian.
Mana yang lebih beruntung, mereka yang mengukur kekayaan dengan HARTA atau dengan HATI?? Hmmm,,,mungkin akan timbul pertanyaan baru, memang kaya bisa di ukur dengan hati? Dan jawabannya “why not”? Orang yang menjadi “budak” harta hidupnya pasti sarat dengan hal-hal yang berorientasi pada duniawi. Mobil mewah, rumah megah, fasilitas highclass tidak akan menjadikan diri mereka puas dan selalu ingin mendapatkan yang lebih dan lebih hingga menjadi yang “paling”. Hidupnya tidak akan tenang jika ada yang melebihi apa yang dimiliki.
 Jauh berbeda dengan mereka yang mementingkan kekayaan hati bukan kekayaan harta. Tipe orang yang seperti ini, tidak akan peduli apakah apa yang mereka miliki secara kasat mata tergolong kaya atau tidak, semua itu ada di tangan Allah, sebab bagi mereka yang terpenting adalah kekayaan hati. 
Para pejuang dunia  yang apabila diberi cobaan pada apa yang mereka miliki, akan merasa dirinya sangat rugi dan terbang rasa ikhlasnya. Mobil, rumah, perhiasan yang mereka miliki tidak pernah menjadikan diri mereka puas dan selalu timbul kekhawatiran apabila tidak dapat memenuhi nafsu duniawi. Sedang orang yang memiliki kekayaan hati selalu bersyukur atas apa yang telah mereka miliki. Jika tertimpa kekurangan tidak akan larut dalam kesedihan dan jika memperoleh kekayaan tidak akan menjadikannya senang hati melampaui batas. Jadi, siapa yang pantas disebut kaya di antara keduanya??
Sungguh, betapa kayanya orang yang pandai bersyukur. Kalau hanya dibenarkan untuk bersyukur saja kapan berikhtiarnya? Nah itulah mengapa dikatakan “pandai” bersyukur, bukan “asal” bersyukur. Orang yang asal bersyukur, tentu hanya sekedar menerima saja apa yang telah digariskan kepadanya tanpa ada semangat untuk merubah segala sesuatunya menjadi lebih baik.
          Kaya dan miskin adalah fenomena tak berumus. Kerja keras tak selalu berujung kaya. Kemalasan juga tak selalu berujung miskin. Tapi Allah menghargai orang yang mau berusaha, bekerja keras dan memeras keringat demi mencapai apa yang dia inginkan. (SANDIWARA LANGIT, karya Abu Umar Basyier)

Sabtu, 13 November 2010

sepele tapi bermakna


THE WOMAN I MET ON THE WAY HOME

Finally, it’s time to go home. Seneng banget rasanya akhirnya bisa bertemu sanak saudara di kampung halaman setelah berbulan-bulan tak bersua (lebay,,,,,,!!! Padahal Cuma 2 bulan). Ehem, biarin!!! Beginilah salah satu figur anak yang sayang keluarga (tambah lebay...!!!). well, harap maklum emang kaya gini orang yang biasa pulang kampung (untuk selanjutnya disingkat “pulkam”, hehehe udah taw!!) paling lama sebulan sekali, tiba-tiba masa pulkamnya diperpanjang 100%.

Hmmm...sebelum pulkam nggak ketinggalan dunk ritual packing-packingnya, apalagi 2 bulan nggak pulkam, harus bawa oleh-oleh nih alo emang ngakunya sayang keluarga, jangan hanya bawa pulang pakaian kotor yang nggak sempet dicuci, hehehehe. Hmmm,,,rasanya suasana rumah sudah tergambar jelas di depan mata, gimana kabarnya bapak? Ibuk? Lil’ sist tambah nakal nggak ya?? Kira-kira pulang disambut masakan apa,,,hmmm aromanya udah tercium sampai sini,,,brrrt,,,brrrt,,,ups,,getar HP membuyarkan imajinasi panjangku, rupanya dari salah satu rombongan kloter pertama menuju tanah tumpah darah yang menyatakan bahwa dia udah ready to go. Baiklah, segera aku komando rombongan yang aku bawa untuk segera mencegat angkot menuju stasiun. Eits,,,katanya kloter?? Kok ke stasiun,,,hehe, Cuma pinjem istilah aja kok,,,emang biasanya naik kereta di stasiun. Maklumlah, anak kampus, bukan ayam kampus jadi ya nggak pegang banyak duit, yang ada ya cuma sisa yang cukup buat pulkam, itupun nggak bisa buat pilih-pilih akomodasi menuju kampung halaman.

Tidak lupa adat, sesampainya di stasiun langsung nyerbu dengan teratur (antri) loket pembayaran tiket, selanjutnya tinggal tunggu “jemputan” datang, hehehe. Katanya mbaknya yang nunggu di pintu masuk yang tugasnya ngecek tiket, keretanya agak nelat,,tak apalah untung bawa rombongan jadi suasananya nggak garing. Berdasarkan prediksi (prediksi dilakukan dengan melihat jumlah orang yang lagi di dalam stasiun) keretanya ini nanti bakal dijejali ribuan manusia, yang ketika udah masuk ke dalam kereta udah nggak berwujud manusia lagi, tetapi kue lapis,nggak bisa dipisah, hehehehe. Hmmm.,,nggak beberapa lama dari kejauhan “si ular beton” udah menampakkan wujudnya, waktunya ambil ancang-ancang start nih...

Setelah perjuangan yang cukup panjang dan sia-sia karena tetap saja tidak mendapatkan tempat duduk, akhirnya aku dan rombongan bisa masuk kedalam kereta dengan selamat. Dua bulan nggak merasakan sensasi naik kereta, benar-benar membuatku harus beradaptasi ulang. Tapi sudahlah, inget kata pepatah orang sabar disayang Allah, dan benar kesabaran itu akhirnya berbuah tempat duduk nyaman, hmmm,,,,kalo udah duduk gini, nyamannya tiada duanya, menikmati pemandangan sambil bersandar di kursi dan lebih leluasa guyon-guyon bareng rombongan dan yang nggak ketinggalan jadi lapar mata dan nyambung ke perut lihat pedagang asongan yang menjual camilan-camilan, yummy deh pokoknya, pengeeeeeeeen,,ehem tapi tenggorokan kok seret ya,,ehm beli air ajalah ntar, nunggu bapaknya lewat, hmmm akhirnya datang, beli segelas aja. Selain pedagang asongan yang jualan camilan dan air, ada juga yang jualan beraneka produk deh pokoknya mulai dari rumah tangga hingga kebutuhan sekolah, nih kereta udah kaya “pasar bebas” aja. Nggak ketinggalan “pekerja seni” yang ikut menambah pernak-pernik kereta, ada lagi tuh kira-kira siapa dan apa profesinya ya? Orangnya pake baju yang agak lusuh, dan kayanya bawa karung besar gitu,,sambil menyedot minumanku, ku perhatikan gerak-geriknya, kayanya orang itu mungut sesuatu deh, penglihatanku kurang jelas,,,sibuk mengamati dan bercanda bareng rombongan nggak terasa, kalo sekarang aku lagi nyedot udara, pantes bunyinya nggak asyik banget, kaya bunyi orang lagi buang ingus (ups, amiiiiit...!). biasanya sih nih gelas plastik  kulempar keluar jendela, tapi kayanya dari tempat aku duduk, tanganku nggak sampai ke jendela, lagian sekarang keretanya lagi lewat jalur yang disampingnya pemukiman warga, nggak enak buang sampah sembarangan, ingat kata hadis “kebersihan adalah sebagian daripada iman” ya sudah deh ditaruh dimeja kecil aja,,,(titip..!).
“permisi mbak...”
Tiba-tiba ada seorang ibu-ibu yang menegurku,,caranya menegur sopan banget, kayanya ini salah satu ibuk yang aku amati tadi, tuh aku masih hapal sama karungnya,,
“itu, gelasnya sudah nggak di pake?” Tanya Ibu tersebut sambil menunjuk kepada gelas plastic minumanku tadi.
“oh, ini ya bu?? nggak bu..”
“boleh, saya bawa mbak?” pinta ibu itu kepadaku.
“Oh, iya ibu silahkan....” kataku sambil mengambilkan gelas bekas minumku tadi kepada si ibu.
“terima kasih ya mbak...”
“iyaa ibuk..”
Ibu tadi pun beranjak dari tempatku, dan melanjutkan kegiatannya, yang seolah-olah sedang mencari sesuatu. Perhatianku tidak bisa lepas dari Ibu tadi, sehingga aku terus memperhatikannya, sampai Ibu tadi berlalu menuju ke gerbong kereta yang lain. Ketika ibu itu telah berlalu, aku jadi memikirkan si ibu tadi, begitu sopannya beliau meminta gelas bekas yang aku minum tadi, perasaanku jadi berkecamuk,,ternyata sesuatu yang kita anggap “sampah” bisa menjadi “emas” buat Ibu tadi, betapa orang seperti Ibu tadi berjuang keras untuk mendapatkan “emas” itu, aku jadi berkaca kepada diriku sendiri, diriku yang selalu merasa bahwa yang aku punya selama ini  kebanyakan “sampah” sehingga entah terbang kemana rasa syukur itu,,astagfirullah...!! thank’s ibuk, it’s nice to meet you, anda benar-benar membuatku belajar bahwa sudah seharusnya aku merasa bersyukur dengan apa yang aku punya, tidak menganggap remeh apa yang telah dianugerahkan kepada Allah untuk ku,,,aku doakan semoga ibu diangkat derajatnya oleh Allah SWT, amieenn...
Kereta terus melaju kencang,,,,