Rabu, 22 Desember 2010

ma superwoman


It’s mother’s day…^^
Inilah adalah hari yang diperuntukkan bagi seorang wanita yang memiliki “profesi” yang sangat mulia, yups “profesi” menjadi seorang ibu. Ibu bukan sembarang ibu, menjadi ibu sejati itu tentu tidak mudah. Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini-apapun kedudukan mereka- lahir dari rahimnya, mempertaruhkan nyawanya sendiri, mengerahkan segenap tenaga, demi lahirnya seorang makhluk kecil. Makhluk kecil itupun tumbuh karena air susu yang diberikannya. Tumbuh dewasa dengan karakter yang kuat, itupun berkat andilnya. Kesuksesan yang akhirnya diraih juga tidak terlepas dari kedua tangannya yang tidak jemu dia panjatkan beserta do’a.
Begitu mulianya sosok Ibu,  begitupun dalam Islam. Ibu memiliki tempat tersendiri, begitu istimewanya seperti banyak yang kita temui dalam Al-qur’an, hadis, dan kisah-kisah teladan. Pada suatu ketika, Rosulullah pernah bertanya kepada seorang laki-laki, “Apakah kamu sangat ingin masuk surga? Surga yang sangat kamu inginkan itu terletak di bawah kaki para ibu.” Seperti sabda Rosulullah : ”Aljannatu tahta aqdamil ummahati” yang artinya tentu sudah banyak orang mendengar yaitu “surga itu di bawah telapak kaki ibu”.
Menjadi Ibu walaupun hal alami yang akan dijalani oleh seorang wanita, dan merupakan hal yang fitrah, bukan berarti hal tersebut mudah untuk dilakukan. Menjadi Ibu adalah juga Amanah dari Allah dan tentu akan dimintai pertanggungjawabannya kelak. Eits, bukan bermaksud menakut-nakuti loh, tetapi sebaliknya memotivasi agar kita bisa menjadi Ibu yang bermutu. Menyedihkan kalau melihat belakangan ini banyak makhluk-makhluk kecil (bayi) ditemukan ditempat yang tidak semestinya mereka berada tanpa kehangatan seorang Ibu pula, ataupun sebaliknya banyak anak yang tidak mau mendengarkan apa yang dituturkan dari seorang Ibu. Nah, makanya berarti menjadi Ibu yang dirindukan surga itu tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak mungkin loh, semua bisa “dilatih” mulai dari sekarang.
Buat para calon Ibu neh (eheem!!) tidak ada salahnya untuk mempersiapkan diri mulai dari sekarang, dengan menyiapkan mental, membekali diri dengan ilmu, memperkuat karakter yang baik, dan memperbaiki akhlak. Logikanya kalo pas udah jadi ibu kita tidak kuat mental, bisa-bisa pas anaknya nangis bukannya malah dihibur, didiemin, dan ditenangkan, eh malah ikutan nangis juga, hihihi (ngaco!!). Ilmu juga penting sebagai bekal mendidik anak, apa yang mau diajarkan jika Ibunya sendiri miskin ilmu J,  begitupun dengan akhlak, kalo Ibunya suka dugem, mabok, ngerumpi, merokok,dll,dsb,dst. Gimana anaknya tiba-tiba bisa menjadi anak yang soleh dan solehah?! Anak itukan meniru apa yang dilihat, gimana bisa menjadi baik jika yang ditiru nggak banget gitu.
Buat seorang anak, inget kata pepatah patuhi dan hormatilah orang tuamu. Belajarlah untuk mematuhi apa kata mereka selama hal itu adalah ma’ruf. Hormatilah mereka dengan tutur kata yang santun, tidak menghardik, selalu bermuka senyum, merawat ortu, and many more. Emang sih, konflik ama ortu kadang sering terjadi, apalagi saat seorang anak merasa orang tua tidak mengerti dirinya dan keinginannya, menganggap dia dan orang tuanya hidup di dunia yang berbeda, sang anak merasa hidup di jaman millennium dan menganggap orang tuanya mengarahkannya dengan ilmu-ilmu pada saat mereka hidup muda di jaman batu, hehehe pantes nggak nyambung. Tapi, apapun itu percayalah, tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya terjerumus dalam lembah kemaksiatan, semua dilakukannya demi kebaikan anak. Mungkin, cara orang tua saja yang kadang dirasa anak kurang tepat, “saking sayangnya” orang tua kepada anak terkadang kesannya dalam mengarahkan anak terlalu diktator dan tidak mau kompromi, yang jelas sikap sebagai anak adalah besabar terhadap sikap orang tua yang seperti itu, dan bersyukur bahwa kita masih mempunyai orang tua yang perhatian kepada kita.

GORESAN UNTUK IBU
Ibu adalah guruku.
Engkau selalu mengajarkanku berbagai hal
yang dapat ku jadikan bekal untukku menghadapi dunia dan akhirat.

Ibu adalah pahlawanku.
Engkau berjuang bertaruh nyawa, segenap tenaga dan kekuatan kau kerahkan
Demi memperjuangkan nyawa seorang makhluk mungil, hingga dia bisa melihat warna warni dunia.

Ibu adalah penenangku.
Dua tanganmu kala mendekap kegelisahan hatiku, membuatku damai dan mampu bangkit kembali.

Ibu adalah obatku.
Tutur kata yang keluar dari bibirmu, adalah obat mujarab bagiku.

Begitu sempurnanya engkau di mataku ibu, semua pujian yang terangkum tak kan mampu menggambarkan dan membalas pengorbanan yang telah kau berikan.

Tak henti-hentinya ku panjatkan do’a untukmu Ibu, agar Allah senantiasa memberikan Rahmat dan perlindunganNya kepadaMu dan ku panjatkan do’a untuk diriku agar aku bisa menjadi seperti yang kau harapkan, bisa membuatmu tersenyum karenaku, dan ku panjatkan do’a untuk kita, agar kita dapat bertemu di surge kelak, menjadi kelurga di dunia dan di akhirat, coz you’re so special for me.
*juga untuk ayah, saudara, dan keluarga.

Minggu, 21 November 2010

BANGGA DI JAJAH….


It’s weekend, biasanya weekend gini aq en temen2 agak terbebas dari tugas2,,biasanya ne waktu seperti ini kami habiskan buat ngegosip maklum dari 6 orang yang ada, 5 diantaranya perempuan semua bok!! Cuma seekor cowoknya. Entah sedang ngegosip apa tiba2 perbincangan kami mengarah pada penjajahan jaman dahulu kala, pemberontakan G 30 S PKI, pergerakan pahlawan, dsb, dll, dst. Oh, iya aq ingat, awalnya qt membicarakan tentang nasib pahlawan devisa yang saat ini nasibnya sangat memprihatinkan, dan mungkin fenomena pahlawan devisa ini adalah fenomena gunung es, dimana yang tidak terlihat justru lebih banyak daripada yang terlihat. Hmmm… tidak biasanya kami membicarakan masalah2 semacam itu, yang membuat aq sangat tertarik tu tentang pembicaraan mengenai penjajahan. Tiba-tiba salah satu teman menyampaikan keprihatinnya setelah dia mendapatkan informasi dari sebuah polling yang mengatakan bahwa Indonesia termasuk tiga terbanyak pemasok tenaga kerja ke luar negeri . Padahal kalo tidak salah aq pernah membaca sebuah artikel bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara terkaya yang luput dari perhatian, sungguh ironis!!
          Kami semua setuju jika Indonesia dikatakan Negara terkaya, tetapi temanqw mengatakan bahwa mungkin yang membuat Indonesia menjadi Negara yang kesejahteraannya bisa dikatakan memprihatinkan adalah karena SDM yang dimiliki sangat kurang, makanya itu Negara kita hanya bisa mengekspor “budak”, begitu katanya. Eh, belum selesai dia berpendapat dia menambahkan bahwa hal ini juga disebabkan karena kita 3,5 abad di jajah oleh Negara Belanda, coba udah berapa generasi itu. Katanya Belanda itu memang sudah mematri dalam pikiran kita bahwa kita adalah orang bodoh, yang bisanya hanya disuruh-suruh,liat saja bagaimana mereka menyengsarakan rakyat Indonesia jaman dahulu, dipaksa untuk bekerja membangun ini lah, itu lah. Coba kalo dulu kita di jajah Inggris, kita pasti lebih pinter, liat tuh Negara-negara bekas jajahan Inggris. hihihi lucu juga dijajah ko milih-milih, kalo boleh milih ya milih untuk tidak di jajah J
          Tapi masa-masa penjajahan kan sudah lama lewat, berkat perjuangan para pahlawan-pahlawan kita,,,tetapi kalo boleh diperhatikan lagi sering kita dengar ungkapan “sudahkah kita merdeka?” di saat sekarang ini yang notabene Negara kita memang sudah merdeka. Nah kembali lagi ke masa penjajahan, temenqw itu bilang, bahwa bentuk persepsi-persepsi yang diberikan oleh penjajah dahulu itu diwariskan oleh para leluhur kita, terus ke ortu kita, dan sampailah pada kita J. Aku pun langsung nyeletuk “apa jangan-jangan punya cita-cita ingin jadi PNS (pegawai) juga termasuk salah satu ciri kita menikmati di jajah ya?” hehehe, beberapa teman ada yang kaget, ada yang nyengir dengan pertanyaan isengku itu. Lah gimana coba, aku tiba-tiba teringat dengan beberapa teman-temanku yang mempunyai cita-cita menjadi pegawai dengan alasan “cari aman” maksudnya jadi pegawai itu dirasa enak, tinggal ikut tes, kalo masuk punya pekerjaan tetap, dengan gaji tetap entah seperti apa kinerja kita, jelas kan kalo jadi pegawai itu kita mengabdi pada instansi, bukan pekerjaan mandiri. Eits, jangan langsung sinis dulu, pernyataan ini bukan bermaksud untuk mendiskreditkan suatu pekerjaan tertentu, ada kok yang punya cita-cita jadi guru karena memang murni ingin mencerdaskan anak bangsa, ada yang pengen jadi dokter karena ingin menolong orang-orang yang sakit, dan ada yang terobsesi pada kursi dewan karena memang benar-benar ingin “menyelamatkan” rakyat, itu bagus!!! J. Sekali lagi pertanyaanqw itu muncul karena aq teringat dengan beberapa temanqw yang mencari pekerjaan “aman”. Nah, pernyataanqw itu di benarkan lagi sama temanqw, soalnya dia juga dapat petuah dari ortunya untuk menjadi guru, biar jadi PNS, terus dapat sertifikasi, dapat uang banyak deh J…hahaha kalo dipikir-pikir, cita-cita temenqw itu juga udah “dijajah” ma ortunya ;-) dan ada temen juga yang bercerita gara2 belum merdeka secara finansial maka dia ngikut saja untuk kuliah dengan jurusan yang sudah dipilihkan oleh orang tua, padahal ada jurusan yang sangat ingin dia masuki. Hehehe,,,kami pun tersenyum mendengarkan cerita masing2,,,
          Perbincangan kami pada weekend yang lalu memang ngelantur kemana-mana, tapi aq yakin kami semua pasti mendapatkan “sesuatu” dari sana, entah hanya sekedar sebagai refreshing pikiran atau wacana untuk intropeksi diri menjadi yang lebih baik. FIGHTING!!! p(^_^)q

Senin, 15 November 2010

KEBUTUHAN DIRI


NUTRISI
Itu adalah hal yang sangat diperlukan dalam hidup kita. Tapi tahukah saudaraku, bahwa bukan tubuh kita saja yang membutuhkan nutrisi, tetapi sisi ruhiyah dan akal kita juga sangat membutuhkan “nutrisi”. Manusia terdiri dari tiga komponen yaitu jasad (tubuh), ruhiyah, dan akal. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang dimana apabila terpenuhi “nutrisi” di antaranya ketiganya akan menjadikan seseorang pribadi yang baik.
Namun tidak banyak dari kita yang menyadari akan pentingnya “nutrisi” bagi dua komponen selain jasad (tubuh), tidak sadar bahwa kondisi ruhiyah dan akal sedang dalam keadaan “kelaparan”. Berbeda dengan tubuh yang didalamnya terdapat indera-indera sensitif yang mudah menangkap gejala yang timbul dalam diri kita, sehingga rasa lapar tubuh akan sangat mudah  terasa dan segera menyadarkan kita bahwa tubuh sedang membutuhkan suplai nutrisi. Apa yang sebenarnya menjadi “nutrisi” bagi ruhiyah dan akal kita?? Tentu saja nutrisi bagi ruhiyah kita adalah iman, ketakwaan, serta ibadah kita terhadap Sang Pemilik Jiwa Allah SWT. Sedangkan nutrisi untuk akal adalah ilmu-ilmu yang bermanfaat.
Ketidaksadaran kita akan laparnya sisi ruhiyah dan akal kita, menyebabkan kebutuhan komponen tersebut terabaikan, tidak terpenuhi dengan baik dan secara tidak sadar kita suplai dengan sesuatu yang kurang bermanfaat. Ibarat tubuh yang diberikan sumber nutrisi (makanan) yang tidak bergizi maka akan meyebabkan tubuh rapuh dan rentan terhadap berbagai macam penyakit. Begitu pula, dengan ruhiyah dan akal yang apabila tidak kita berikan sumber nutrisi yang bergizi makan akan “sakit”. Sakitnya rukhiyah adalah ketika kita terlalu terlena dengan kemaksiatan, dan sakitnya akal salah satunya adalah kebodohan.
Ruhiyah yang diberi “nutrisi” dengan baik dan akal yang berisi dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat akan menggerakkan jasad (tubuh) untuk senantiasa bertindak ke arah yang positif.

Minggu, 14 November 2010

KEKAYAAN SEJATI.

Kaya?? Apa yang terlintas dalam benak kita saat mendengar kata itu?? Ingin seperti itu?? Semua orang pasti!!! Lalu apa yang menjadi tolok ukur tingkat “kekayaan” itu?? Beberapa dari kita pasti akan menjawab HARTA. Lalu harus berapa banyak harta yang tertimbun untuk menggolongkan diri menjadi kaum the have??  Relatif, yups mungkin memang relatif, sebab ada beberapa orang dengan apa yang dia miliki sudah menganggap dirinya cukup kaya, namun orang lain yang memandangnya tidak demikian.
Mana yang lebih beruntung, mereka yang mengukur kekayaan dengan HARTA atau dengan HATI?? Hmmm,,,mungkin akan timbul pertanyaan baru, memang kaya bisa di ukur dengan hati? Dan jawabannya “why not”? Orang yang menjadi “budak” harta hidupnya pasti sarat dengan hal-hal yang berorientasi pada duniawi. Mobil mewah, rumah megah, fasilitas highclass tidak akan menjadikan diri mereka puas dan selalu ingin mendapatkan yang lebih dan lebih hingga menjadi yang “paling”. Hidupnya tidak akan tenang jika ada yang melebihi apa yang dimiliki.
 Jauh berbeda dengan mereka yang mementingkan kekayaan hati bukan kekayaan harta. Tipe orang yang seperti ini, tidak akan peduli apakah apa yang mereka miliki secara kasat mata tergolong kaya atau tidak, semua itu ada di tangan Allah, sebab bagi mereka yang terpenting adalah kekayaan hati. 
Para pejuang dunia  yang apabila diberi cobaan pada apa yang mereka miliki, akan merasa dirinya sangat rugi dan terbang rasa ikhlasnya. Mobil, rumah, perhiasan yang mereka miliki tidak pernah menjadikan diri mereka puas dan selalu timbul kekhawatiran apabila tidak dapat memenuhi nafsu duniawi. Sedang orang yang memiliki kekayaan hati selalu bersyukur atas apa yang telah mereka miliki. Jika tertimpa kekurangan tidak akan larut dalam kesedihan dan jika memperoleh kekayaan tidak akan menjadikannya senang hati melampaui batas. Jadi, siapa yang pantas disebut kaya di antara keduanya??
Sungguh, betapa kayanya orang yang pandai bersyukur. Kalau hanya dibenarkan untuk bersyukur saja kapan berikhtiarnya? Nah itulah mengapa dikatakan “pandai” bersyukur, bukan “asal” bersyukur. Orang yang asal bersyukur, tentu hanya sekedar menerima saja apa yang telah digariskan kepadanya tanpa ada semangat untuk merubah segala sesuatunya menjadi lebih baik.
          Kaya dan miskin adalah fenomena tak berumus. Kerja keras tak selalu berujung kaya. Kemalasan juga tak selalu berujung miskin. Tapi Allah menghargai orang yang mau berusaha, bekerja keras dan memeras keringat demi mencapai apa yang dia inginkan. (SANDIWARA LANGIT, karya Abu Umar Basyier)